Gunung Geulis Sumedang (sumedangtandang.com) |
Selama ini Kecamatan Jatinangor di Kabupaten Sumedang dikenal sebagai gudang mahasiswa. Pasalnya ada empat kampus besar di wilayah tersebut, yakni UNPAD, ITB, IKOPIN, dan IPDN.
Namun tak banyak orang tahu bahwa kecamatan yang langsung berbatasan dengan Bandung ini juga memiliki banyak tempat wisata cantik yang menarik, bahkan memiliki nilai sejarah, seperti Menara Loji dan Jembatan Cincin Cikuda.
Di samping wisata sejarah, Jatinangor juga punya destinasi wisata alam yang cukup bagus. Adapun salah satu destinasi wisata alam yang paling digandrungi oleh mahasiswa di Jatinangor adalah Gunung Geulis.
Selain dekat dengan wilayah kampus, gunung ini juga memiliki rute dan jalur yang relatif aman untuk didaki. Tentunya pendakian dan wisata ke Gunung Geulis cocok untuk melepas penat sejenak dari tugas kampus.
Tak hanya itu pendakiannya pun bisa dilakukan dalam waktu singkat, sekitar tiga sampai empat jam menuju puncak. Sementara durasi waktu saat turun bisa lebih cepat tergantung kondisi cuaca.
Gunung Geulis sendiri memiliki ketinggian 1.281 mdpl dan bisa didaki dari berbagai jalur. Namun jalur yang paling poluler adalah pendakian dari Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor.
Berdasarkan pengalaman penulis, untuk sampai di Pos Pendakian Jatiroke, kita cukup menyewa angkot atau ojek dari depan Kampus UNPAD. Perjalanan menggunakan angkutan pun tak lama, hanya memakan waktu 15 menit.
Setelah sampai di Jatiroke kita akan menemukan sebuah bangunan sekolah dasar. Bangunan inilah yang biasanya disebut sebagai Pos Pendakian Jatiroke.
Penunjukkan bangunan SD sebagai Pos Pendakian bukan tanpa alasan. Pasalnya SD itu adalah bangunan paling ujung yang langsung bersentuhan dengan kaki Gunung Geulis.
Di belakang SD tampak hamparan perkebunan palawija berupa pohon jagung, cabai, dan tomat. Hamparan kebun ini akan menjadi medan pertama yang mesti dilalui oleh para pendaki Gunung Geulis.
Bau kebun palawija di kaki Gunung Geulis sangat menyenangkan untuk dihirup. Bahkan para pendaki bisa merasakan ketenangan saat menghirup napas panjang di area perkebunan ini.
Angin khas pedesaan juga terasa berhembus sangat pas di sini. Tidak terlalu kencang dan tidak terlalu pelan, namun cukup menyegarkan.
Di sekitar perkebunan kita masih bisa menemukan warga Desa Jatiroke mondar-mandir membawa cangkul. Ada juga di antara mereka yang sedang bercocok tanam. Kebanyakan dari warga Desa Jatiroke adalah petani yang mengelola lahan sendiri di Kaki Gunung Geulis.
Selang dan pipa saluran air yang digunakan para petani untuk mengairi perkebunan saling menyambung tergeletak di jalan setapak yang dilalui para pendaki. Beberapa di antaranya ada yang disangga oleh bambu penahan.
Tanah di perkebunan palawija ini berwarna coklat kehitaman dan cukup gembur sehingga mudah dicangkul. Meski begitu tanahnya masih bisa dipijak cukup kuat.
Setelah kurang lebih 20 menit melewati perkebunan palawija, pendaki akan sampai di area hutan dengan pepohonan yang lebih tinggi seperti pohon kayu besar dan nangka.
Jika area sebelumnya memiliki suasana yang jauh lebih terang dan terbuka, medan kedua ini lebih rimbun dan gelap. Tanahnya pun berwarna hitam dengan struktur yang padat.
Di medan kedua ini para pendaki akan mulai merasakan jalur menanjak, namun masih diselingi jalur mendatar. Bau kayu yang lembab mulai tercium di sini. Batang-batang pohon besar ditumbuhi lumut yang menyebabkan warna kehijauan.
Di area ini kebanyakan para pendaki akan mulai merasa kelelahan. Maka itu, banyak yang memilih untuk beristirahat sebentar, sekitar tiga sampai lima menit. Istirahat di area ini tidak boleh terlalu lama, karena jika terlalu lama--apalagi jika sedang musim hujan--kabut bisa turun kapan saja dan menyulitkan pendakian.
Selama menyusuri hutan, pendaki akan menemukan beberapa aliran mata air yang jernih. Ada yang debit airnya kecil seperti keluar dari keran.
Adapula yang debit airnya besar seperti sebesar selokan. Meski begitu, pendaki tidak dianjurkan mengambil air dari mata air tersebut, apalagi jika sudah membawa bekal air sendiri.
Setelah kurang lebih satu setengah jam melewati area hutan dengan pepohonan tinggi, para pendaki akan sampai di area yang ditumbuhi pepohonan yang sedikit lebih pendek dari sebelumnya. Jalur pendakian ini ditumbuhi banyak rumput sehingga tanahnya hampir tak terlihat.
Meski suasananya sudah lebih terang, justeru di medan ketiga inilah pendaki akan mulai menghadapi jalur yang curam dan sangat curam. Bahkan tak lama lagi pendaki akan mulai menyusuri Lereng Gunung Geulis.
Meski sulit dilalui, dan sudah mulai berbahaya--karena di sisi kiri jalur pendakian terdapat jurang--medan ketiga ini mempunyai salah satu spot-spot paling indah di Gunung Geulis.
Dari Lereng Gunung Geulis, pendaki dapat melihat sebagian Kabupaten Sumedang. Keindahan lainnya tampak karena berbagai tanaman dengan bunga eksotis tumbuh di lereng gunung. Ada yang berwarna ungu, kuning, dan merah muda.
Angin di sini berhembus lebih kencang tapi masih dapat dinikmati. Namun ingat, saat berada di area ini sebaiknya para pendaki tetap berhati-hati dan memperhatikan jalur pijakan. Karena salah melangkah sedikit dapat membuat pendaki terperosok ke jurang.
Panorama lereng gunung yang indah bisa dieksplorasi kurang lebih selama satu setengah jam pendakian. Setelah itu, pendaki hampir sampai di puncak dan harus melewati sedikit area dengan pepohonan tinggi.
Makam di Puncak Gunung Geulis
Jangan kaget, saat sampai di Puncak Gunung Geulis, pendaki akan menemukan sebuah makam. Di samping makam ada seorang nenek yang menjajakan jajanan berupa air mineral dan berbagai makanan ringan.
Menurut keterangan yang tertulis di website Cipaku Darmaraja (website lokal berisi informasi mengenai sejarah dan wisata Kabupaten Sumedang), terdapat cerita mitos di Gunung Geulis tentang makam tersebut. Konon, dipuncak Gunung ada sebuah makam seorang wanita bernama Putri Geulis, yang disebut-sebut merupakan wanita paling cantik pada masanya.
Makam itu berada tepat di puncak Gunung dan dinaungi dua pohon besar yang bisa terlihat jelas dari kota Jatinangor. Ada yang mengatakan bahwa Putri geulis adalah istri dari seorang prabu (raja) penguasa Jatinangor zaman dahulu kala.
Sebenarnya nama aslinya bukan putri geulis, namun karena kecantikannya maka rakyat memanggilnya dengan julukan putri Geulis--dalam bahasa Indonesia berarti cantik. Suatu saat sang putri meninggal dunia karena sakit tak kunjung sembuh, sang Prabu sedih dan terpukul atas kepergian istrinya.
Karena cintanya yang begitu besar, ia ingin sang istri dimakamkan ditempat tertinggi di Jatinangor. Kemudian sang Prabu pun mengabadikan nama istrinya sebagai tempat ia dimakamkan, maka gunung tersebut dinamakan Gunung Geulis.
Begitulah kurang lebih cerita rakyat soal makam di Puncak Gunung Geulis. Hingga saat ini makam tersebut masih sering dikunjungi oleh para peziarah. Terkadang pendaki juga bisa menemukan sesajen yang dipersembahkan di makam Putri Geulis.
Kembali lagi ke lokasi pendakian, jika ingin mendapat suasana yang lebih segar dan terang, pendaki dapat berjalan sedikit menjauhi makam. Di sana terdapat area lapang yang ditumbuhi banyak ilalang setinggi lutut sampai pinggang.
Area ini biasa dipakai camping. Dari spot inilah pendaki bisa menikmati sunrise saat fajar dan sunset di saat senja. Menarik bukan?
Jika ingin mengejar sunset dan sunrise sekaligus, pendaki disarankan untuk mulai mendaki Gunung Geulis pada sore hari. Sunset yang tampak di lereng Gunung Geulis akan terasa begitu indah karena seluet warna jingga akan berpendaran sejauh mata memandang.
Sesampainya di puncak gunung, pendaki bisa mendirikan tenda dan bermalam sampai fajar datang. Bila langit sedang cerah, pendaki juga bisa menikmati suasana malam hari yang sangat cantik di Puncak Gunung Geulis.
Di langit akan tampak bintang bertaburan. Sementara saat melihat ke bawah gunung, pendaki akan disuguhi kelap-kelip lampu dari permukiman. Pendaki juga dapat melihat jalur lintas provinsi di Kabupaten Sumedang dari kejauhan.
Dari puncak gunung akan terlihat cahaya-cahaya kecil yang berasal dari lampu mobil. Cahaya-cahaya itu seperti semut yang sedang berderet menyusuri sebuah jalan.
Malam hari di Gunung Geulis akan terasa sangat dingin. Karenanya jangan lupa untuk membawa perlengkapan yang bisa digunakan menghangatkan badan, termasuk minuman dan makanan ringan untuk mengisi perut.
Menjelang fajar, sekitar pukul empat, langit yang tadinya gelap gulita perlahan akan berubah warna. Warna langit akan mulai berubah menjadi biru dongker, lalu sedikit terang, dan lambat laun muncul semburat cahaya keemasan di ufuk timur.
Melewati pukul lima subuh, matahari mulai muncul sedikit demi sedikit. Momen ini sangat indah, karena panorama di Jawa Barat bagian timur laut akan ikut tampak, termasuk badan Gunung Ciremai yang terlihat memunggungi para pendaki di Gunung Geulis.
Persiapan Mendaki Gunung Geulis
Meski pendakian Gunung Geulis tak memakan waktu yang lama, pendaki tetap harus melakukan beberapa persiapan. Salah satunya jangan lupa membawa perbekalan yang cukup, terutama air.
Badan pun harus sehat dan fit. Jika tidak, pendaki bisa kelelahan dan tidak bisa meneruskan perjalanan sampai ke puncak. Di samping itu jangan lupa untuk mengenakan pakaian dan sepatu yang nyaman serta aman untuk pendakian.
Saat mendaki gunung jangan lupa untuk menjaga etika. Jaga ucapan dengan tidak berkata seenaknya atau sompral dan jaga perilaku dengan tidak berbuat hal yang aneh-aneh atau melanggar norma. Selain itu jagalah kebersihan alam dengan tidak membuang sampah sembarangan.
Saran penulis, hindarilah mendaki gunung sendirian, meski gunung tujuan kita tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, ajaklah teman saat akan mendaki gunung. Hal ini bisa membuat kita lebih aman. Ditambah, saat terjadi sesuatu kita bisa saling menolong dengan teman.
Yang terakhir, hindarilah mendaki gunung saat musim hujan. Karena resiko pendakian pada musim hujan jauh lebih besar. Selain tanah akan menjadi licin karena air, kabut yang turun saat musim hujan juga akan lebih banyak.
Kabut yang turun akan membatasi jarak pandang, sehingga tak jarang penglihatan pendaki jadi terbatas. Karena itu kondisi seperti ini biasanya membuat para pendaki tersasar atau keluar dari jalur pendakian.
Gunung Geulis sendiri sangat cocok untuk dicoba oleh para pendaki pemula. Selain karena faktor keamanan, pendakian Gunung Geulis juga terbilang low budget alias hemat.
Meski begitu, gunung ini juga bisa jadi pilihan untuk refreshing bagi para pendaki yang sudah sangat berpengalaman. Mengingat lokasinya yang mudah untuk dijangkau.
Anda penasaran mencoba jalur pendakian Gunung Geulis? Ayo ke Sumedang.
Komentar
Posting Komentar