Asa Parotong Deui

Tulang asa parotong deui. Hmm,,, dua perjalanan lintas provinsi dalam satu pekan di sertai rute pulang pergi membuat tulangku serasa remuk. Kurang lebih begitulah kondisi fisikku saat ini. Letih. Bisa juga karena masuk angin. Tapi aku senang :)
Hmm, sedih juga sebenarnya. Rasanya tak tega meninggalkan orang tuaku yang telah sepuh sendirian di rumah. Sedang Ipal, adikku banyak beraktivitas di luar rumah. Ingin sekali aku menemani mamah sepanjang hari dan setiap hari. Seperti mamah menemaniku dulu. Masih jelas di ingatanku mamah selalu ada di dekatku dari awal aku bangun tidur hingga tidur lagi.
Setiap berangkat sekolah, rambutku ditatanya. Terkadang dikuncir dua, dikepang, atau digerai begitu saja. Mamah selalu menambahkan pita dan ikatan rambut lucu di kepalaku. Ia rajin membeli pernik hiasan kepala untuk anak perempuan. Dari mulai pita, jepitan, bando, hingga bandul warna-warni ia beli. Mamah sangat telaten menyisir rambutku. Juga menyelaraskan pakaianku. Hingga aku terlihat cantik dan manis.
Karena itu terkadang ibu teman-temanku di sekolah memuji kecantikanku sebagai anak SD. Mamah hanya tersenyum ketika itu. Mungkin ia senang mendapat apresiasi atas usahanya merawatku.
Setiap sekolah ia selalu mengantarku. Menyiapkan sarapan pula untukku. Termasuk memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasku. Sepulang sekolah juga mamah menungguku. Jika aku keluar kelas, ia menyambutku. Digandengnya tanganku dengan lembut. Setiap perjalanan menuju rumah mamah selalu bertanya, "Ima mau jajan dulu ngak?"
Aku hanya manggut-manggut saja mengiyakan. Jika di tengah perjalanan ada penjual buku atau majalah yang kami lewati, mamah selalu membelinya untukku. Mamahlah yang menanamkan kebiasaan membaca padaku. Bahkan ialah orang pertama yang mengajariku membaca. Baik tulisan latin berbahasa indonesia, maupun bahasa AlQuran.
Oh, mamah. Engkau perempuan yang sangat baik sekali. Bukan hanya kepadaku, tapi juga pada orang lain di sekitarmu. Mungkin itu juga yang membuat Ipal tumbuh menjadi anak yang baik hati. Meskipun ia badeur, Ipal sangat berprikemanusiaan. Ia senang berbagi seperti mamah.
Ah, mamah begitu baik pokoknya. Meskipun banyak orang yang menyakiti hatinya, ia tetap berdiri tegak memperlihatkan kebaikannya. Hal ini yang kadang membuatku kesal pada mamah. Aku kesal karena mamah akhirnya disakiti terus-menerus. Tapi aku yakin Allah justru sangat mencintai mamah :)
Meskipun tulangku asa parotong. Aku tetap akan hidup karena cintaku untuk mamah :D

Komentar