Tidak Ada Satu Namapun

Semarang, 9 Januari 2016
Tahunnya sudah baru sekarang. Si aku duduk dan nongkrong sendirian di depan Masjid Agung Jawa Tengah. Orang-orang pada shalat, tapi si aku lagi ngak mau shalat. Biarin ah, dari pada dosa.
Semoga kau mengerti maksudku.
Okeh, sekarang si aku mau curhat lagi. Seperti biasa, curhatnya gk jelas. Makanya gk perlu dibaca sampai akhir. Gk penting soalnya. Si aku cuma lagi galau. Bingung harus ngapain. Kesel sama kelakuan adek yang bandel minta ampun. Ya sekarang cuma bisa doain. Biar dia jadi orang shaleh aja.
Ini tahun keduaku di Republika. Rasanya perjalanan akan semakin panjang. Tapi entah kenapa kadang aku merasa pesimis. Walau di sisi lain aku yakin, Allah akan mengantarku menuju cita tentang kesejahteraan. Al-falah.
Inggris!
Yup, targetku adalah Inggris. Kuliah S2 di sana. Lalu pulang mengajar di Unpad. Lalu kuliah lagi. Begitu seterusnya. Sama sekali tak terpikir olehku satu nama saja yang spesial mengisi relung hati ini. Entah kenapa berpikir seperti itu. Mungkin karena efek liat orang pacaran di halaman Masjid Agung. Insyaallah si aku gk cemburu. Maksudnya gk iri sma mereka yang udah punya pasangan. Cuma gk sengaja kepikiran, kenapa sampai saat ini gk ada satu pun nama pria yg spesial di hatiku. Jujur, aku terkadang bertanya2, siapa suamiku nanti. Tapi biarlah ini menjadi rahasia.
Mungkinkah ia seperti Umar? Pria yang sangat kukagumi, dari sejak dulu.

Komentar