Entah ini pantas ditulis apa tidak. Tapi pada kenyataannya di sinilah tempat paling tepat untuk membeberkan perasaan diri. Terkadang kesal, gelisah, sedih, dan marah. Semua campur baur menjadi satu.
Ingin rasanya menampar wajah seseorang. Tp itu tak mungkin. Aku hanya bisa menelan ludah dan menahan luapan emosi yang tak jarang membuat hati ini sesak.
Tuhan, betapa saat ini aku sadar. Sulitnya memelihara sabar.
Tak habis pikir aku. Bagaimana Engkau bisa menciptakan manusia paling bebal sedunia, seperti ia.
Sejenak, kembali aku berpikir. Tak pantas rasanya hanya menangis karena merasa kecewa terhadap tingkah pandirnya. Ya kelakukan bodoh yang sudah melukai wanita terhebat di dunia. Wanita terbaik di dunia. Wanita paling mulia di mataku.
Bukankah seharusnya ia bersyukur? Tidak malah mencaci maki dengan lisannya yang tak terdidik.
Apa mungkin begitukah derita seorang wanita yang harus menikah dengan pria yang tidak lebih cerdas dari pada dirinya.
Ingin rasanya aku mencekik leher seseorang sampai putus. Tapi aku takut berdosa.
*mohon abaikan tulisan ini. Ini hanya emosi sesaat.
Ingin rasanya menampar wajah seseorang. Tp itu tak mungkin. Aku hanya bisa menelan ludah dan menahan luapan emosi yang tak jarang membuat hati ini sesak.
Tuhan, betapa saat ini aku sadar. Sulitnya memelihara sabar.
Tak habis pikir aku. Bagaimana Engkau bisa menciptakan manusia paling bebal sedunia, seperti ia.
Sejenak, kembali aku berpikir. Tak pantas rasanya hanya menangis karena merasa kecewa terhadap tingkah pandirnya. Ya kelakukan bodoh yang sudah melukai wanita terhebat di dunia. Wanita terbaik di dunia. Wanita paling mulia di mataku.
Bukankah seharusnya ia bersyukur? Tidak malah mencaci maki dengan lisannya yang tak terdidik.
Apa mungkin begitukah derita seorang wanita yang harus menikah dengan pria yang tidak lebih cerdas dari pada dirinya.
Ingin rasanya aku mencekik leher seseorang sampai putus. Tapi aku takut berdosa.
*mohon abaikan tulisan ini. Ini hanya emosi sesaat.
Komentar
Posting Komentar