396 Km
Sejauh itu jarak di antara kita.
Kau kerap kali berkata kita tak sama.
Saat aku mengemukakan kanan, kau berseloroh kiri. Saat aku mengajukan terang, kau mengutarakan gelap.
Ya, begitulah kita.
Namun ada satu hal yang membuatku selalu merasa satu sudut pandang denganmu. Yakni kesamaan kepedulian.
Rakyat dan keadilan. Kata itu selalu terucap dari lisanmu, sejak awal kita saling mengenal. Tak henti-hentinya. Sering kali perbincangan kita yang bersifat privat berakhir dengan isu-isu kepentingan publik.
Sampai kau pernah berkata, "Duh, kok ngobrolin negara lagi." Padahal kau sendiri yang mulai.
Tapi tak masalah. Karena aku menikmati obrolan seputar kesejahteraan dan keharusan bagaimana sebuah pemerintah bergerak.
Kini ku genapkan penjelasan yang sempat kau tuntut tempo hari. Kenapa aku jatuh hati padamu? Antara lain karena kau memiliki kepedulian yang besar terhadap Rakyat. Dan kau memperjuangkan mereka dengan caramu sendiri. Meski mereka bukan tanggungjawabmu, meski mereka tak pernah menjadi bebanmu, meski mereka tak meminta perhatianmu. Kau selalu peduli.
Raut wajahmu memang tak pernah menunjukkan berapa besar perhatian yang kau miliki. Bahkan seolah enteng dan santai. Tapi jauh di palung hatimu, aku tahu, ada tempat yang lebih besar dan luas untuk sesuatu yang sering kau sebut dengan keadilan bagi negeri ini.
Aku, sungguh amat rela kau memiliki sudut pandang seperti itu. Aku, benar-benar tak ingin kau berubah dari kepedulian terhadap masyarakat. Aku, teramat ingin kau terus berjuang, untuk mereka yang barang kali tak perlu tahu siapa dirimu.
Bagaimanapun kau, saat ini, dan seterusnya, aku akan tetap bangga kepadamu.
Teruntuk yang berjarak 396 Km dariku.
Antara aku dan kau, ada "Rakyat".
Sejauh itu jarak di antara kita.
Kau kerap kali berkata kita tak sama.
Saat aku mengemukakan kanan, kau berseloroh kiri. Saat aku mengajukan terang, kau mengutarakan gelap.
Ya, begitulah kita.
Namun ada satu hal yang membuatku selalu merasa satu sudut pandang denganmu. Yakni kesamaan kepedulian.
Rakyat dan keadilan. Kata itu selalu terucap dari lisanmu, sejak awal kita saling mengenal. Tak henti-hentinya. Sering kali perbincangan kita yang bersifat privat berakhir dengan isu-isu kepentingan publik.
Sampai kau pernah berkata, "Duh, kok ngobrolin negara lagi." Padahal kau sendiri yang mulai.
Tapi tak masalah. Karena aku menikmati obrolan seputar kesejahteraan dan keharusan bagaimana sebuah pemerintah bergerak.
Kini ku genapkan penjelasan yang sempat kau tuntut tempo hari. Kenapa aku jatuh hati padamu? Antara lain karena kau memiliki kepedulian yang besar terhadap Rakyat. Dan kau memperjuangkan mereka dengan caramu sendiri. Meski mereka bukan tanggungjawabmu, meski mereka tak pernah menjadi bebanmu, meski mereka tak meminta perhatianmu. Kau selalu peduli.
Raut wajahmu memang tak pernah menunjukkan berapa besar perhatian yang kau miliki. Bahkan seolah enteng dan santai. Tapi jauh di palung hatimu, aku tahu, ada tempat yang lebih besar dan luas untuk sesuatu yang sering kau sebut dengan keadilan bagi negeri ini.
Aku, sungguh amat rela kau memiliki sudut pandang seperti itu. Aku, benar-benar tak ingin kau berubah dari kepedulian terhadap masyarakat. Aku, teramat ingin kau terus berjuang, untuk mereka yang barang kali tak perlu tahu siapa dirimu.
Bagaimanapun kau, saat ini, dan seterusnya, aku akan tetap bangga kepadamu.
Teruntuk yang berjarak 396 Km dariku.
Antara aku dan kau, ada "Rakyat".
Komentar
Posting Komentar