"Istri saya itu, membuat saya bahagia," celetuk Pak Yoebal sambil bergaya di atas motornya. Tapi itu kalimat paling jujur yang pernah ku dengar dari Pak Yoel.
Entah apakah ia pernah langsung menyampaikan hal itu pada Buk Neni atau tidak, aku tak tahu. Yang jelas jika aku menjadi Buk Nenih, aku pasti akan bahagia.
Yap, cukup bahagia dengan mendengar pasangan hidup kita bahagia dengan kehadiran kita.
Pak Yoebal dan Buk Nenih adalah pasangan sepuh yang ku jadikan panutan. Bukan hanya karena mereka saling mencintai dengan tulus.
Tapi juga karena mereka bisa hidup dengan kuat dan melakukan berbagai pengorbanan.
Buk Nenih, bagiku, ceritamu selalu meneduhkan. Aku banyak belajar darimu Buk. Aku ingin sepertimu.
Menikah dengan pria keturunan minang. Tapi benar katamu, pria keturunan minang itu terlalu pemikir dalam menentukan kehidupannya.
Buk, Ibuk itu sosok penyabar dan lembut. Baik sekali. Tak heran jika Ibuk setia menunggu Bapak sampai di pelaminan puluhan tahun lalu setelah penantian panjang.
Tapi aku Buk. Sepertinya aku tidak sesabar dirimu. aku tidak sekuat hatimu. Ternyata aku ini rapuh, mudah merasa sakit.
Disinggung sedikit saja soal keputusannya kemarin, rasa kecewa yang tadinya kupikir sudah hilang, malah muncul lagi.
Komentar
Posting Komentar