Hanya tersisa tiga bulan. Ya, tiga bulan menuju pintu kehidupan baru yang jauh berbeda dari sebelumnya. Pernikahan. Begitulah orang-orang menyebutnya.
Meski hidupku penuh dengan perencanaan, nyatanya alur takdirku mengalir bagai air. Aku tak pernah bersi keras memantaskan diri untuk mencapai sesuatu. Kecuali Tuhan yang menuntunku.
Begitupun dengan kesiapanku menuju pernikahan esok. Sejak dulu, Allah lah yang menuntunku dan menyiapkanku untuk proses ini.
Sampai akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang ditakdirkan untuk mendidikku. Ya, tugas terbesar suami adalah mendidik istrinya, bukan?
Aku sadar, setelah menikah nanti, ujian dan cobaan akan datang berkali-kali lipat jauh lebih besar dari pada sekarang.
Bagaimana pun aku sadar akan menikah dengan seseorang yang tak pernah menjanjikan kebahagiaan, kesejahteraan, atau apapun yang berkaitan dengan kesenangan.
Namun aku yakin bahwa aku akan menikah dengan seseorang yang mampu mendidikku di masa depan. Tentu dengan caranya sendiri.
Bagiku, menikah bukanlah soal cinta dan suka. Tapi juga soal persahabatan dan kesetiakawanan. Karena aku dan suamiku adalah tim.
Maka itu aku memilihnya, seseorang yang ku anggap paling setia kawan. Umar Mukhtar.
Komentar
Posting Komentar