Ilustrasi Kanker (Pixabay) |
Kanker menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh masyarakat. Pasalnya penyakit mematikan ini telah merenggut nyawa banyak orang dengan cepat. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru kanker di dunia dengan angka kematian sebesar 9,6 juta.
Sementara di Indonesia, angka pengidap kanker tak kalah mengejutkan. Dikutip dari inews.id, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi kanker di tanah air mengalami peningkatan, dari 1,4 per 1.000 penduduk di 2013 menjadi 1,8 per 1.000 penduduk pada 2018.
Sejauh ini metode pengobatan kanker yang paling populer adalah kemoterapi. Akan tetapi, tak jarang masyarakat merasa takut dengan metode pengobatan ini. Pasalnya kemoterapi bisa meninggalkan efek samping yang berkepanjangan bagi para pengidap kanker.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi medis dalam pengobatan kanker pun mengalami kemajuan. Salah satunya dengan kemunculan metode pengobatan atezolizumab atau imunoterapi kanker anti PD-L1.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ikhwan Rinaldi mengatakan, imunoterapi kanker ini merupakan suatu revolusi yang bisa memberikan harapan untuk pasien kanker stadium lanjut.
Nah, Anda penasaran dengan perbedaaan Imunoterapi dan Kemoterapi? Berikut ulasannya:
Imunoterapi
Imunoterapi masuk ke Indonesia sekitar 2013. Pengobatan ini bekerja khusus pada sistem imun atau sistem kekebalan tubuh. Sistem imun bisa diumpamakan sebagai pasukan pertahanan tubuh untuk melawan musuh, yaitu virus dan bakteri yang menyebabkan penyakit.
Sistem imun mendeteksi dan menghancurkan apa pun yang tidak semestinya ada dalam tubuh. Termasuk sel normal yang telah berubah menjadi kanker. Dalam keadaan normal, sistem imun akan mengeliminasi sel asing atau abnormal dengan mengerahkan sel T untuk mencari dan menghancurkan potensi ancaman.
Berdasarkan keterangan dari www.kalahkankanker.com, tubuh sebetulnya memiliki siklus imunitas atau kekebalan terhadap kanker. Namun, PD-L1 menjadi penghambat sel T untuk menyerang dan menghancurkan sel kanker. PD-L1 merupakan protein yang terdapat di permukaan sel kanker dan menjadi faktor penghalang (immune checkpoint) dalam sistem imun di tubuh kita terhadap kanker.
Ketika berikatan dengan protein lain seperti B7.1 dan PD-1, protein PD-L1 dapat menghambat proses pembentukan dan aktivasi pasukan sel T di kelenjar getah bening. Selain itu PD-L1 juga bisa menghalangi proses penghancuran sel kanker oleh sel T di dalam tumor.
Maka itu, pengobatan imunoterapi kanker bertujuan mengembalikan fungsi sistem imun dengan cara memblokir ikatan PD-L1 dengan protein lain. Sehingga sel T dapat mengenali sel kanker dan menghancurkannya.
Imunoterapi kanker bekerja pada tahap pembentukan dan aktivasi pasukan sel T di kelenjar getah bening dan penghancuran sel kanker di dalam tumor. Beberapa contoh imunoterapi kanker yang telah dikembangkan antara lain anti PD-L1, anti PD-1, dan anti CTL4.
Dilansir dari lifestyle.bisnis.com, Ahli onkologi dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Ikhwan Rinaldi menuturkan, saat ini, satu-satunya imunoterapi yang ada di Indonesia adalah atezolizumab.
Obat ini merupakan anti PD-L1 untuk pasien kanker paru dan kandung kemih stadium lanjut. Artinya, atezolizumab diberikan pada pasien kanker paru dan kandung kemih yang sudah mendapat kemoterapi.
Atezolizumab adalah monoklonal antibody yang secara langsung dan selektif menargetkan PD-L1. Menurut Ikhwan, untuk melakukan terapi atezolizumab, pasien tidak perlu melakukan tes tambahan dan biopsi ulang. Sehingga terapi ini mampu memberikan kenyamanan.
Kemoterapi
Adapun kemoterapi menghancurkan sel kanker dengan menggunakan zat kimia. Kemoterapi dapat menghancurkan sel kanker dan mencegah kekambuhan kembali.
Metode ini dapat memberikan tiga manfaat, yakni:
1. Memperkecil tumor penyebab rasa sakit.
2. Mencegah penyebaran, memperlambat pertumbuhan, sekaligus menghancurkan sel kanker yang berkembang ke bagian tubuh yang lain.
3. Menghancurkan semua sel kanker hingga sempurna dan ini mencegah kekambuhan atau berkembangnya kanker di dalam tubuh kembali.
Namun metode penyembuhan ini dapat memengaruhi sel sehat yang secara normal membelah diri dengan cepat, misalnya sel pada kulit, usus, serta rambut. Kerusakan pada sel sehat itu dapat mengakibatkan efek samping.
Setidaknya ada 15 efek samping dari kemoterapi. Antara lain 1) Rambut rontok; 2) Nyeri; 3) Kehilangan nafsu makan; 4) Mulut terasa asam atau pahit; 5) Mual dan muntah; 6) Sesak napas dan kelainan detak jantung akibat anemia; 7) Kulit kering dan terasa perih; 8) Pendarahan seperti mudah memar, gusi berdarah, dan mimisan; 9) Sering terkena infeksi; 10) Sulit tidur; 11) Gangguan psikologis seperti depresi, stres, dan cemas; 12) Gairah seksual menurun dan gangguan kesuburan (infertiltas); 13) Rasa lelah dan lemah sepanjang hari; 14) Konstipasi atau diare; 15) Sariawan.
Sampai saat ini, para ahli mengatakan bahwa cara kerja imunoterapi jauh lebih efektif dan minim efek samping jika dibandingkan dengan kemoterapi. Misalnya terkait waktu harapan hidup. Jika dalam penelitian, kemoterapi dapat meningkatkan harapan hidup kurang lebih 16,7 bulan. Sedangkan imunoterapi bisa mencapai 30 bulan.
Dikutip dari www.beaconhospital.com, efeksamping imunoterapi hanya berupa gejala seperti terkena penyakit flu, demam, panas dingin, diare, mual atau muntah, nyeri sendi atau otot, kelelahan atau sesak napas.
Disamping itu, pengobatan imunoterapi hanya dilakukan beberapa kali. Tidak seperti kemoterapi yang harus dilakukan terus menerus. Namun demikian beberapa ahli juga berpendapat, pengobatan imunoterapi akan menunjukkan hasil yang lebih baik jika dipadukan dengan metode kemoterapi.
Dari segi biaya, imunoterapi memang lebih mahal dibanding metode pengobatan kanker lainnya. Namun hal tersebut tentunya sebanding dengan hasil yang diperoleh oleh para pasien.
Demi memperoleh pengobatan kanker yang lebih baik dan tepat, tentunya Anda harus berkonsultasi lebih dulu dengan dokter.
Di samping itu, dari pada harus berpikir panjang mengenai pengobatan kanker, mencegah adalah langkah yang jauh lebih baik untuk Anda lakukan.
Jadi, jangan lupa untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan membiasakan berolahraga dan makan makanan sehat sebagai upaya pencegahan kanker.
Komentar
Posting Komentar